Rabu, 20 Agustus 2008

Problematika Riau Airlines ( 6 ) A kind clarification from a Friend

Seperti yang tertera pada awal tulisan saya bahwa saya tidak mengerti dengan
berita/ kalimat yang tertulis di Detiknews.com tersebut, kalimat : “Kita
memprotes kebijakan manajemen PT RAL yang memaksa pilot untuk menambah jam
penerbangan dari 6 kali sehari menjadi 8 sampai 9 kali sehari” adalah salah
satu kalimat yang saya kutip dari Detiknews.com tersebut. Jadi, jelas bahwa
yang mengartikan hours dengan times adalah sumber berita tersebut. Itu
sebabnya kalimat : Tulisan diberita tersebut menyatakan keberatan para Pilot
menambah "jam penerbangan" dari 6 kali sehari menjadi 8 sampai 9 kali
sehari: Saya bubuhkan tanda petik “” pada kalimat Jam Penerbangan.

Banyak terjadi pihak media baik cetak maupun elektronik menyampaikan berita
yang salah tentang kasus penerbangan, satu contoh kecil, satu saat pesawat
milik club kami mengalami accident di Kalijati, pesawat tersebut adalah
light aircraft Super Reble single engine dengan experimental category, yang
muncul di berita ialah telah jatuh satu pesawat Jenis Cessna dengan no
penerbangan PK-XXX. Jelas disini sipembuat berita tidak atau kurang
mengetahui istilah yang digunakan dalam dunia penerbangan, pokoknya kalau
pesawat single engine semuanya adalah jenis Cessna aja.

Di Tahun 90an saat itu SEKJEN Departemen Perhubungan di jabat oleh
Bapak.Mukhtarudin Siregar beliau secara rutin mengajak para wartawan yang
meliput Dept.Perhubungan mengikuti kegiatan penerbangan di FASI, bahkan
beliau mensponsori beberapa wartawan untuk belajar terbang. Maksud dari
kegiatan tersebut adalah agar terjadi proses pembelajaran bagi para wartawan
dalam mengenal duni kedirgantaraan sehingga diharapka para wartawan tersebut
dapat mengurangi kesalahan dalam menulis berita tentang kedirgantaraan.
Sangat kita ketahui salahnya satu berita dapat membuat salahnya keputusan
yang harus di buat oleh pihak yang concern.

Jadi, kelihatannya akibat kesalahan penulisan berita tentang RAL ini
mengakibatkan terjadinya salah tafsir bagi kita semua, dan akhirnya menjadi
tanggung jawab kita semua yang berkecimpung di dunia Dirgantara untuk
memberikan pembelajaran pada pihak media. Tapi gimana ya….?

Wasallam,
Chepy R.Nasution


Mohon maaf, memang tulisan saya tidak ditujukan langsung untuk pak Chepy namun yang jelas kita sebagai insan penerbangan mempunyai tanggung jawab untuk meluruskan atau sekaligus memberi pencerahan kepada pembuat berita agar berita yang disiarkan tidak menjadi bias.

Mungkin tidak disadari oleh pembuat berita
bahwa mereka juga harus memberikan pencerahan kepada awam sehingga dalam hal ini awam sedikit demi sedikit akan mendapatkan pengetahuan yang akurat dan sangat berguna dalam dunia penerbangan. Sehingga pada suatu saat masyarakat kita
yang awam dalam penerbangan akan menjadi terbiasa dengan berita berita penerbangan yang sangat bisa dipercaya, tentunya mereka akan melakukan check and recheck kepada sumber yang benar sebelum berita itu diturunkan.

Saya mengerti sekali pak Chepy yang sudah sangat senior di dunia penerbangan akan banyak sekali sumbanganya untuk memanjukan dunia/profesi kita dan tentu saya khususnya akan banyak menimba ilmunya.

Salam hormat, maju terus penerbangan Indonesia.

Bambang Heru P

Tidak ada komentar: